Senin, 31 Oktober 2011

Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar

Belajar merupakan proses aktif, karena belajar akan berhasil jika dilakukan secara rutin dan sistematis. Ciri dari suatu pelajaran yang berhasil, salah satunya dapat dilihat dari kadar belajar siswa atau motivasi belajar, makin tinggi motivasi belajar siswa maka makin tinggi peluang pengejarannya.
Prestasi merupakan nilai angkah yang menunjukan kualitas keberhasilan, sudah barang tentu semua siswa berhasil mencapai dengan terlebih dahulu mengikuti evaluasi yang diselenggarakan guru atau sekolah. Untuk mencapai prestasi maka diperlukan sifat dan tingkah laku seperti: aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan tugas tugas-tugas, kepercayaan yang tinggi, interaksi yang baik, kesiapan belajar dan sebagainya. Sifat dan ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individu yang mempunyai motivasi yang tinggi, sedangkan yang mempunyai motivasi yang rendah tidak ada sehingga akan menghambat kegiatan belajarnya. Jadi secara teoritis motivasi akan berhubunggan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Dengan motivasi, diharapkan setiap pekerjaan yang dilakukan secara efektif dan efesien, sebab motivasi akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur, oleh karena itu siswa harus dapat memanfaatkan setuasi dengan sebaik-baiknya. Banyak siswa yang belajar tetapi hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sebab itu diperlukan jiwa motivasi, dengan motivasi seorang siswa akan mempunyai cara belajar dengan baik. Dengan demikian betapa besarnya peranan motivasi dalam menunjang keberhasilan belajar.
Apabila seorang memiliki motivasi dan kebiasaan yang baik maka setiap usaha yang dilakukan akan memberikan hasil yang memuaskan, menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegeiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Belajar dengan motivasi dan terarah dapat menghindarkan diri rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, pada akhirnya dapat meningkatkan daya kemampuan belajar siswa. Dan demikian maka keberhasilan siswa akan mudah tecapai, Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam Al-Qur`an bahwa manusia tergantung pada dirinya sendiri, apakah itu mau atau tidak yaitu Q.S. Ar-ra`d ayat 11:
.....ان الله لايغير مابقوم حتى يغيروا مابانفسهم .....الاية
Artinya :”…….sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri……”.40

Dari ayat diatas dijelaskan dikaitkan dengan motivasi belajar tergantung pada diri siswa itu sendiri apakah bisa melakukannya dengan baik secara kualitas maupun kuantitasnya,
Pada dasarnya prestasi belajar adalah akibat dari belajar, terutama belajar yang mempunyai motivasi tinggi. Jadi uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan erat dengan prestasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar siswa kemungkinan semakin besar peluang untuk mencapai prestasi yang baik atau tinggi.

Cara Menilai Prestasi Belajar

Cara Menentukan Prestasi Belajar

Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan guru wajib mengetahui sejauh mana keberhasilan siswanya telah berhasil mengikuti pelajaranyang diberikan oleh guru. Untuk melaksanakan penilaian tentang prestasi belajar siswa maka guru sebagai subyek evaluasi untuk setiap tes. Maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan mennjadi dua macam, yaitu: tes dan bukan tes (non - tes).

Selanjutnya tes dan non tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi. Tes adalah suatu alat, atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data–data atau keteranngan– keterangan yang diinginkan tentang seseorang, denngan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Menurut Mukthar Bukhari di dalam bukunya “Tehnik-tehnik Evaluasi”, bahwa tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hasil - hasil tertentu pada seseorang murid atau kelompok.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur/menentukan prestasi belajar siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu;

a. Tes Diagnostik

Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan – kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan – kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

b. Tes Formatif

Dari kata "from" yang merupakan dasar dari istilah "formatif", maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada ahkir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada ahkir setiap program. Tes ini merupakan post-tes atau tes ahkir.

c. Tes Sumatif

Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah ahkirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disaamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester akhir37.


Berhubungan dengan adanya bermacam-macam penilaian ini dengan sendirinya akan memiliki fungsi yang berbeda-beda pula.38

1). Tes Dagnostik

Penilaian diagnostik berfungsi untuk menempatkan siswa, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Menetapkan ada tidaknya pengetahuan – pengetahuan dan atau keterampilan – keterampilan yang disebut prerequisite.

- Menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya

- Mengelompokan siswa atau dasar bermacam-macam metode pengajar

- Menetapkan faktor-faktor penyebab kegagalan yang berulang-ulang dari siswa dalam belajarnya.

2). Tes Formatif

Sedangkan penilaian formatif memiliki fungsi sebagai berikut:

- Sebagai umpan balik bagi siswa dan guru tentang kemajuan belajar yang berhasil di capai dalam suatu unit pelajaran.

- Menetapkan dimana letak titik-titik kelemahan dari suatu unit pelajaran sehingga dengan demikian dapat di susun dan diberi alternatif-alternatif pengajaran perbaikan.

3). Tes Sumatif

Sedangkan penilaian sumatif memiliki fungsi untuk pemberian tanda lulus atau nilai untuk siswa pada akhir suatu unit pengajaran, semester atau suatu tahap dalam pendidikan di sekolah.

Tiap guru mempunyai pendapat sendiri tentang cara menentukan nilai akhir. Hal ini sangat di pengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap penting dan tidaknya bagian kegiatan yang di lakukan oleh siswa. Yang di maksud dengan kegiatan-kegiatan siswa misalnya; menyelesaikan tugas, mengikuti diskusi, menempuh tes formatif, menempuh tes tengah semester, "tes semester", menghadiri pelajaran dan sebagainya.

Sementara guru berpendapat bahwa menghadiri pelajaran dan mengikuti diskusi sudah merupakan kegiatan yang sangat menunjang prestasi sehingga absensi siswa perlu di pertimbangkan dalam menentukan nilai akhir. Guru lain berpendapat sebaliknya, karena walaupun hadir dalam pelajaran, mungkin hanya raganya saja. Dengan demikian tidak ada gunanya memperhitungkan absensi.

Penentuan nilai akhir di lakukan terutama pada waktu guru akan mengisi rapor atau STTB. Biasanya dalam menentukan nilai akhir ini guru sudah di bombing oleh suatu peraturan atau pedoman yang di keluarkan oleh pemerintah atau kantor/badan yang membawahinya.

a). Untuk memperoleh nilai akhir, perlu di perhitungkan nilai tes formatif dan tes sumatif dengan rus sebagai berikut39:

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

F = Nilai tes formatif

S = Nilai tes sumatif

Jadi nilai akhir diperoleh dari rata-rata nilai tes formatif (diberi bobot satu) dijumlahkan dengan nilai tes sumatif (diberi bobot dua) kemudian dibagi 3.

b). Nilai Akhir diperoleh dari tugas, nilai ulangan harian dan nilai ulangan umum dengan bobot 2, 3 dan 5. Jadi jika dituliskan dalam rumus menjadi:

Keterangan:

T = Nilai tugas

H = Nilai ulangan harian (rata-ratanya)

U = Nilai ulangan umum


37 Suharsini Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta 1991 hal: 33-36

38 Mulyadi, Hubungan antara Motivasi dan Intelegensi dengan Prestasi Belajar, FT. IAIN Malang

39 Suharsini Arikunto, Op, Cit hal: 283-285

Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri.
Menurut Slamento faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dsb.
Metode mengajar adalah salah satu cara yang digunakan di dalam mengajar. Metode mengajar harus tepat, efisien dan efektif sehingga siswa dapat menerima, memahami, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Dalam mengajar beberapa kepribadian guru yang berperan adalah:
a. Penghayatan nilai-nilai kehidupan
Seorang guru harus berpegang pada nilai-nilai tertentu misalnya, tanggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payahnya sendiri, kerelaan membantu sesama yang memerlukan bantuannya.
b. Motivasi kerja
Merupakan dorongan yang datang dari dalam dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan, serta mengembangkan kemampuan dan keahlian guna menunjang profesinya yang dapat meningkatkan prestasi dan profesinya. Dalam hal ini, guru yang bercita-cita menyumbangkan keahliannya demi perkembangan anak didiknya, profesi sebagai guru merupakan kepuasan pribadi, rela mengorbankan waktu dan tenaga demi kepentingan anak didiknya.
c. Sifat dan sikap
Guru harus memiliki sifat dan sikap luwes dalam pergaulan, suka humor, rela membantu, kreatif dan berharap bahwa siswa mampu berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara aktif.
Dengan kepribadian guru yang positif, siswa akan merasa senang, puas, dan gembira. Simpati guru merupakan faktor yang sangat utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Di samping itu, siswa dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan sebaik-baiknya, dan akan meningkatkan prestasi belajarnya.
Sampai saat ini belum ada teori yang secara komprehensif dapat menjelaskan keberhasilan mengajar. Sejauh ini yang dapat dijelaskan adalah adanya sejumlah faktor yang menurut penelitian teridentifikasi mempunyai hubungan dengan keberhasilan siswa belajar, sehingga dapat diharapkan bila faktor-faktor itu dimanipulasi akan mengakibatkan peningkatan keberhasilan siswa belajar.
Penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (Cruickshank, 1990) mengindikasikan adanya sejumlah faktor yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yang dapat dikategorisasi ke dalam empat variabel, yakni variabel siswa, variabel lingkungan, variabel guru, dan variabel proses pembelajaran. Secara lebih terinci variabel siswa mencakup faktor-faktor kapasitas belajar siswa (berhubungan dengan kematangan dan kecerdasan), motivasi dan kesiapan belajar (penguasaan pengetahuan prasyarat). Variabel lingkungan meliputi faktor sikap orang tua terhadap pendidikan dan sekolah, pola interaksi antarsiswa, populasi kelas, fasilitas belajar (termasuk buku pelajaran). Variabel guru mencakup faktor-faktor penguasaan terhadap materi pelajaran, wawasan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, keterampilan mengajar, motivasi kerja, serta kepribadian guru.
Variabel pembelajaran melibatkan interaksi faktor perilaku mengajar guru dan faktor perilaku belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dari sudut perilaku mengajar, faktor-faktor yang menunjang efektivitas pembelajaran meliputi organisasi dan sistematika penyajian materi pelajaran, kejelasan (clarity) dan kemenarikan penyajian materi pelajaran, ketercernaan (accessibility) materi pelajaran oleh siswa. Sementara itu dari sudut perilaku belajar, disiplin, motivasi dan keantusiasan siswa dalam pembelajaran menjadi faktor pendukung keberhasilan belajar yang penting. Keberhasilan siswa belajar memerlukan kerjasama sinergis antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Seberapa jauh masing-masing faktor berkontribusi pada keberhasilan siswa belajar belum diketahui secara pasti. Penelitian-penelitian yang dilakukan masih terlalu sedikit sehingga hasilnya belum konklusif. Di samping itu pengaruh faktor-faktor tadi tidak linear, terkait satu sama lain, sehingga sulit untuk memprediksi faktor-faktor mana yang secara umum lebih dominan, dan kekuatan pengaruh faktor-faktor tersebut tampak unik untuk setiap siswa.

Pengertian Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu;
“ Prestasi” dan “Belajar”. Antara kata “Prestasi” dan “Belajar” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum membahas pengertian prestasi belajar maka kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan “Prestasi” dan “Belajar”.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Pencapaian prestasi tidaklah mudah, akan tetapi kita harus menghadapi berbagai rintangan dan hambatan hanya dengan keuletan dan optimis dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya.
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan “Prestasi”. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan dari masing-masing individu. Pada prinsipnya setiap kegiatan harus digeluti secara optimal. Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi maka beberapa ahli berpendapat tentang “Prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan.
Sajalan dengan itu beberapa ahli berpendapat tentang prestasi antara lain:
1. W.J.S Poerwadarminta,berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya).
2. Mas’ud Said Abdul Qahar, persatasi adalah apa yang telah kita dapat ciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan.
3. Nasrun Harahap dkk, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perekembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serat nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

b. Pengertian Belajar
Setelah diketahui pengertian prestasi, selanjutnya akan dikemukakan pengertian belajar sehingga nanti sampailah pada maksud yang dituju yaitu pengertian tentang “prestasi belajar”.
Belajar selalu mempunyai hubungan dengan arti perubahan, baik perubahan ini meliputi keseluruhan tingkah laku ataupun hanya terjadi beberapa aspek dari kepribadian orang yang belajar. Perubahan ini dalam tiap-tiap manusia dalam hidupnya sejak dilahirkan. Belajar mempunyai pengertian yang sangat umum dan luas, boleh dikatakan sepanjang hidupnya seseorang mengalami proses belajar dari pengalamannya.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa belajar itu meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan seseorang, baik perubahan bersifat positif maupun negatif, baik sengaja maupun tidak sengaja, baik terjadi di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Tetapi biasanya belajar diberi pengertian khusus sebagai setiap pengalaman yang menimbulkan perubaha-perubahan tingkah laku yang bersifat positif, yang sengaja diberikan sekolah di bawah bimbingan guru.
Sejalan dengan itu, Sardiman AM. Mengemukakan suatu rumusan bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menurut perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara umum, belajar boleh dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (Id –Ego – Superego) dengan lingkungannya yang mungkin berjudi, fakta, konsep maupun teori. Dalam hal ini terkadang suatu maksud bahwa proses interaksi adalah :
- Proses internalisasi dari suatu kedaan diri yang belajar.
- Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indra ikut bereperan.
Menurut Drs. Slameto, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yaitu tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam proses interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Perubahan itu adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi dikarenakan usaha.
Setelah melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil diperoleh seseorang setelah mengikuti kegiatan atau belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu atau setelah menyelesaikan suatu program tertentu yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Uraian ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut adalah:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
Ini berarti bahwa individu yang belajar menyadari terjadinya perubahan yang ada pada dirinya sendiri.
2. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
Perubahan belajar anak senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan, akan makin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersifat efektif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
3. Perubahan dalam belajar bertujuan
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada individu berlangsung terus-menerus, tidak statis dan berguna bagi hidupnya. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan pada proses belajar selanjutnya.
4. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
Perubahan yang bersifat sementara atau kontemporer terjadi hanya beberapa saat saja, sedangkan perubahan yang terjadi setelah belajar bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Dengan adanya tujuan berarti siswa mengetahui arah mana yang harus ditempuh agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pada dasarnya perubahan belajar terarah kepda perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku.
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya36.
Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi dan belajar”. Menurut Purwodarminto prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai (dilakukan/dikerjakan). Jadi prestasi itu adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada suatu tingkat keberhasilan tentang suatu hal, yang disebabkan oleh suatu hal yang telah dilakukan.
Prestasi mencerminkan sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan disetiap bidang studi. Gambaran prestasi siswa bisa dinyatakan dengan angka (0 s.d 10).
Dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami suatu perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Adanya perubahan ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang dihasilkan oleh siswa dari kegiatan mengerjakan soal ulangan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni “prestasi “ dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Oleh karena itu sebelum pengertian “prestasi belajar” dibicarakan ada baiknya kedua kata itu dijelaskan artinya satu persatu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, menyatakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum.
Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dari tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang.
Sardiman AM sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Bertolak dari pendapat di atas jelas menyatakan bahwa belajar itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi manusia bukan hanya sekedar mencerdaskan manusia belaka namun menjadi manusia yang berkepribadian yang luhur itulah hakekat sebuah belajar. Dalam mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya itu melibatkan unsur-unsur cipta atau membuat sesuatu, rasa/perasaan, karsa/keinginan, kognitif, afektif dan psikomotorik.
Jadi belajar merupakan suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuannya adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja menyangkut semua unsur yang ada pada diri individu.
Dari pendapat tersebut di atas, maka seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar, setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses untuk mencapai suatu kecakapan, kebiasaan, sikap dan pengertian suatu pengetahuan dalam usaha merubah diri menjadi semakin baik dan mampu.
Selanjutnya Abdurrahman Saleh memberikan prestasi belajar atau hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angkah huruf atau kata atau simbol, dengan istilah lain yakni prestasi. Salah satu program diklat (mata pelajaran) yang diajarkan di sekolah adalah program diklat (mata pelajaran) kewirausahaan. Pelajaran ini sengaja diterapkan di sekolah-sekolah bertujuan adalah menghasilkan lulusan yang akan menempati lapangan pekerjaan maupun berwiraswasta.
Pengertian prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami mata pelajaran di sekolah. Sehingga dari pengertian di atas dapat diketahui yang dimaksud dengan prestasi belajar kewirausahaan adalah bukti keberhasilan siswa dalam penguasaan terhadap program diklat kewirausahaan melalui tahap-tahap evaluasi belajar yang dinyatakan dengan nilai. Untuk mengukur prestasi belajar program diklat kewirausahaan, guru harus memberikan penilaian kepada siswa dalam bentuk angka dan ditulis sebagai laporan pendidikan yang biasanya tercantum dalam raport.
Prestasi belajar siswa bukan semata-mata karena faktor kecerdasan (intelegensia) siswa saja, tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut, secara garis besar faktor-faktor terebut dibagi menjadi dua yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor yang dimaksud adalah seperti yang dikemukakan oleh Nana Sudjana sebagai berikut:
1. Faktor interen, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain ialah kemampuan yang dimilikinya, minat dan motivasi serta faktor-faktor lainnya.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu di antaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sementara itu Winkel merinci faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
Faktor pada pihak siswa, terdiri dari:
1. Faktor-faktor psikis intelektual, yang meliputi taraf intelegensi, meliputi motivasi belajar, sikap perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosio kultural atau ekonomis.
2. Faktor-faktor fisik yang meliputi keadaan fisik.
3. Faktor dari luar siswa yang terdiri dari:
a. Faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher efectiveness, fasilitas belajar dan pengelompokkan siswa.
b. Faktor-faktor sosial di sekolah yang meliputi sistem sosial, status sosial, dan interaksi guru dan siswa.
c. Faktor situasional, yang meliputi keadaan politik ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta musim iklim.
d. Bakat
e. Minat
f. Emosi
g. Kepribadian
h. Gangguan kejiwaan atau gangguan kepribadian lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang seoptimal mungkin, maka siswa perlu meningkatkan kemampuan, minat dan motivasi yang ada dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dapat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting yang berfungsi sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa, setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga.
Minat siswa terhadap suatu pelajaran (program diklat) bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan prestasi belajar siswa. Minat siswa menurut Winkel termasuk faktor yang berpengaruh pada prestasi belajar yang termasuk faktor ekstern.
Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu yang berada di bangku sekolah.
Prestasi belajar ini merupakan suatu masalah yang berifat perinial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya manusia selalu mengejar pretasi menurut bidang dan kemampuannya masing-masing dan prestasi ini dapat memberikan kepuasan pada diri manusia khususnya bagi mereka yang berada dibangku sekolah. Prestasi belajar ini terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama;
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasi oleh anak didik
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingin tahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inofasi pendidikan, asumsinya adalah bahhwa prestasi belajar dapat dikajikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan releven dengan kebutuhan masyarakat, dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan anak didik dalam masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan dalam relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar pembelajaran anak didik merupakan masalah anak didik. Dalam proses belajar dan pembelajaran anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.
Sekolah sebagai salah satu tempat belajar memberikan bermacam-macam pelajaran yang harus ditempuh oleh para siswa untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan ini diukur dengan mengadakan suatu penilaian untuk mengukur hasil belajar tersebut dapat digunakan dengan tes maupun non tes. Dengan itilah lain Nurkancana menyatakan “Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh murid-murid dalam proses belajar mengajar yang mereka lakukan ialah metode tes dan non tes”.
Dengan melalui pengukuran hasil belajar inilah prestasi hasil belajar siswa dapat diketahui dengan kata lain dari pengukuran hasil belajar siswa itu akan diperoleh tingkat prestasi yang dicapai oleh siswa. Seperti juga dalam bidang studi lain setelah dilaksanakan pengukuran hasil belajar maka hasil tes, sehingga dengan begitu untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah dengan melihat nilai raport maupun hasil tes lain.

Cara Memotivasi Diri untuk Belajar

Dari penelitian – penelitian menunjukkan, bahwa sukses belajar tidak hanya tergantung pada intelegensi si anak, melainkan tergantung pada banyak hal, diantaranya motif-motif. Oleh karena itu upaya menimbulkan tindakan belajar yang bermotif sangat penting. Seperti kita ketahui, latarbelakang motif terutama adalah adanya kebutuhan yang dirasakan oleh anak didik. Maka menyadarkan si anak didik terhadap kebutuhan yang diperluhkan berarti menimbulkan motif belajar anak. Anak didik, terutama yang masih sangat muda, banyak yang belum mengerti arti belajar dan yang dipelajari; untuk pelbagai bahan pelajaran dipelajari dan apakah dipelajari berguna bagi kehidupan dimasa depan, belumlah ia sadari.

Mereka umumnya baru merasakan kebutuhan biologis. Sedang manusia hidup dalam masyarakat, bukan menyendiri; masyarakat tempat pelbagai kemampuan dan kecakapan dituntutnya. Anak harus belajar dan harus mengerti mengapa harus belajar. Maka menyadarkan dan meyakinkan anak akan arti terdidik bagi kedudukan orang dalam masyarakat, menyadarkan dan meyakinkan akan manfaat bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh sekolah bagi kehidupan kelak sesudah meninggalkan sekolah dan sebagainya merupakan usaha-usaha memotivasikan tindakan belajar si anak.

Dalam sejarah Ovide Decroly misalnya, terkenal sebagai orang yang memperhatikan peranan dari pada motivasi dalam belajar. Bahan-bahan pelajaran dipilihnya dengan teliti dan didasarkan pada pokok-pokok yang disebutnya sebagai pusat-pusat minat atau “center d’interset”, Untuk itu diseledikinya berbagai kecenderungan yang ada pada anak, terutama dorongan memperoleh kepuasan diri. Dengan cara demikian dibedakan empat pusat minat pada, yaitu yang berhubungan dengan makanan, pakaian, pertahanan diri dan permainan diri dan permainan atau pekerjaan. Maka jelaslah bahwa belajar itu harus disertai motif. Tanpa motif, tindakan belajar tidak akan mencapai hasil yang memadai.

Kerapkali kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang tertentu kurang disadari oleh anak, sehingga guru atau sekolah harus membuat tujuan sementara atau buatan. Sebagai contoh, guru atau sekolah tentu ingin mengarahkan belajar ke tujuan yang tertentu dan untuk itu diperlukan adanya peningkatan aktivitas belajar anak. Tetapi usaha peningkatan ini tidaklah mudah, maka diciptakanlah tujuan buatan (artificial). Misalnya dikeluarkanlah peraturan atau janji, bahwa barang siapa dapat menunjukkan prestasi belajar yang paling baik di kelasnya, akan mendapatkan gelar “bintang kelas”, atau yang paling baik prestasi belajarnya di sekolah akan mendapat gelar “bintang sekolah”. Maka murid-murid akan saling berlomba, mereka berusaha belajar dengan giat, karena memperoleh gelar “bintang” tersebut sudah merupakan kebutuhan, dalam hal ini kebutuhan sosial.

Dengan gelar itu mereka merasa memperoleh penghargaan, kehormatan, bahkan simbol pujian, terutama dari orangtuanya. Maka kini tindakan belajar mereka sudah merupakan tindakan bermotif, yaitu berdasar adanya kebutuhan yang dirasakan dan terarah kepada tercapainya tujuan, yaitu mendapat “piagam” atau dan sebagainya. Itu bagi si anak didik. Tetapi dilihat dari pihak sekolah atau guru pemberian piagam atau tanda lain itu bukanlah tujuan pendidikan yang hakiki, melainkan sebagai alat untuk menimbulkan tindakan belajar yang beromotif, yang dengan faktor itu diharapkan akan tercapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Proses penggunaan tujuan buatan (sementara) untuk menimbulkan aktivitas yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang sesungguhnya merupakan proses kondisioning. Tujuan buatan, yang dimaksudkan agar dikejar oleh anak didik dengan aktivitasnya itu lazim disebut sebagai reinfocer34.

Robert H. Davis mengemukakan 9 prinsip belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa agar mau dan dapat belajar sebagai berikut:

1. Prinsip Prerikwisit (Prasyarat)

Siswa terodorong untuk mempelajari sesuatu yang baru bila telah memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu. Bila guru mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kebosanan bagi siswa-siswa yang telah menguasai dan sebaliknya atau menimbulkan frustrasi bagi siswa-siswa merasa sukar dan tidak dapat menguasainya.

2. Prinsip Kebermaknaan

Siswa termotivasi untuk belajar bila materi pelajaran itu bermakna baginya. Oleh sebab itu hendaknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran dihubungkan dengan apa yang dialaminya, dihubungkan dengan kegunaan di masa depan dan dihubungkan dengan apa yang menjadi minatnya.

3. Prinsip Modeling

Siswa termotivasi untuk menunjukan tingkah laku bila sekiranya tingkah laku itu dimodelkan oleh gurunya (Performance Modeling). Dalam hal ini siswa akan lebih suka menuruti apa yang dilakukan oleh gurunya dari pada yang dikatakan, sehingga di sini berlaku prinsip “The Medium is the Message”.


4. Prinsip Komunikasi Terbuka

Siswa termotivasi untuk belajar bila informasi dan harapan yang disampaikan kepadanya terstruktur dengan baik dan komonikatif. Dalam hal ini Bruner meyarankan agar pengajaran menjadi lebih efektif perlu materi pelajaran distrukturkan dengan baik dengan pengolahan pesan yang komunikatif. Salah satu contoh dari prinsip ini ialah: perumusan dan pemberitahuan tujuan instruksional dengan jelas, menggunakan kata-kata yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

5. Prinsip Atraktif

Siswa termotivasi untuk belajar pesan dan informasinya disampaikan secara menarik (atraktif). Oleh karena itu guru harus selalu berusaha menyajikan materi pelajaran dengan cara manarik perhatian, dan alangkah baiknya kalau setiap materi pelajaran dapat diikuti dan diterima siswa dengan perhatian yang cukup intensif.

6. Prinsip Partisipasi dan Keterlibatan

Siswa termotivasi untuk belajar apabila merasa terlibat dan mengambil bagian aktif dalam kegiatan itu. Dengan demikian guru perlu menerapkan konsep kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam pelakasanaan proses belajar mengajar, karena dengan konsep ini siswa mengalami keterlibatan intelektual emosional di samping keterlibatan fisik didalam proses belajar mengajar.

7. Prinsip Penarikan Bimbingan Secara Berangsur

Siswa termotivasi untuk belajar jika bimbingan dan petunjuk guru berangsur-angsur ditarik. Penarikan itu mulai dilaksanakan bila siswa-siswa sudah mulai mengerti dan menguasai apa yang sudah dipelajari.

8. Prinsip Penyebaran Jadwal

Siswa termotivasi untuk belajar bila program-program belajar mengajar dijadwalkan dalam keadaan tersebar dalam periode waktu yang tidak terlalu lama. Program-program belajar mengajar dalam waktu yang lama dan secara berturut-turut cenderung akan membosankan siswa.

9. Prinsip Konsekuen dalam Kondisi yang Menyenangkan

Siswa termotivasi untuk belajar bila kondisi instruksionalnya menyenangkan, sehingga memberi kemungkinan terjadinya belajar secara optimal.

Motivasi yang bersifat intrinsik mempunyai peranan yang ampuh dalam peristiwa belajar, tetapi walaupun memberikan tugas. Dalam memberikan tugas kepada murid-murid harus dilihat dan diingat hubungan tingkat kebutuhan murid dan tingkat motivasi yang akan dikenakan. Guru harus cerdik melibatkan “ego involement” murid. Bila motivasi tersebut dikenakan secara tepaat akan menyentuh ego involvement murid, sehingga setiap tugas yang memberikan akan dianggap sebagai tantangan, hal ini menyebabkan yang bersangkutan akan mempertahankan harga dirinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan penuh semangat. Murid akan merasa puas dan harga dirinya timbul bila dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. 35


34 Ahmad. Thanthowi, Psikologi Pendidikan. PT. Angkasa Bandung 1991. hlm : 72-73

35 . Mulyadi OP, Cit, Hal: 28-31.

Teori Humanistik dan Behavioristik terkait Motivasi

Teori Humanistik Tentang Motivasi
Para ahli Humanistik percaya bahawa hanya ada satu motivasi, yaitu motivasi yang berasal dari masing-masing individu yang dimiliki oleh individu itu sepanjang waktu. Keinginan dasar yang dimiliki masing-masing peserta dasar didik dibawanya kesekolah. Pembina didik hanya tinggal manfaatkan dorongan ingin tahu peserta didik yang bersifat alamiah dengan cara manyajikan materi yang cocok dan berarti bagi peserta didik.
Apapun model penyajian yang dilaksanakan untuk membuat belajar, mereka akan tetap termotivasi, asalkan itu dengan kepentingan dirinya pada saat sekarang atau pada masa yang akan datang. Misalnya peserta didik harus tahu apa gunanya mempelajarin matematika dalam kehidupan.
Materi yang diberikan kepada peserta didik hendaklah dirasakan sebagai sesuatu yang memuaskan kebutuhan ingin tahu dan minatnya.

Teori Behavioristik tentang Motivasi
Ahli-ahli Behavioristik yakni bahwa motivasi dikontrol oleh lingkungan. Manusia bertingkah laku kalau ada rasangan dari luar, dan kuat/lemahnya tingkah laku dipengaruhi oleh kejadian sebagai konsekuensi dari tingkah laku itu yang dapat menggugah emosi yang bertingkah laku.
Inti dari penerapan pandangan ahli-ahli Behavioristik adalah apa yang disebut dengan “contingency management” yaitu penguatan tingkah laku melalui akibat dari tingkah laku itu sendiri. Kalau peserta didik bertingkah laku benar, maka akibat dari tingkah lakunya itu akan mendapatkan ksenangan, yaitu menerima hadiah atau penghargaan. Sebaliknya jika tingkah lakunya salah, maka peserta didik mendapat hukuman atau ketidakenakan.
Berdasarkan pendapat yang praktis itu, maka dengan melaksanakan contingency management pendidikan dapat menangani situasi kelas dan dapat memakainya sebagai alat untuk memotivasi peserta didik.
Oleh karena itu dalam pandanagan Behavioristik motivasi dikontrol oleh kondisi lingkungan, maka tergantung pada pendidiklah pengaturan lingkungan kelas sehingga peserta didik termotivasi dalam belajar. Kegagalan peserta didik dalam belajar berarti kegagalan pendidik dalam mengatur program belajar, bukan kegagalan peserta didik karena ketidak mampuannnya.

Minggu, 30 Oktober 2011

Teori Kebutuhan Maslow Terkait Motivasi

Motivasi itu tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan itu tidak baik. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kebutuhan, Abraham Maslow mengklasifikasikan kebutuhan secara berurutan, menjadi 6 bagian. Konsep Abraham Maslow dikenal dengan piramida kebutuhan.




Keterangan :
1) Kebutuhan fisiologi (phsycological needs)
2) Kebutuhan rasa aman ( Safety needs)
3) Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki (needs for belonging and love).
4) Kebutuhan memperoleh penghargaan orang (needs for esteem)
5) Kebutuhan aktualisasi diri (needs for self actualization)
6) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti (needs to know and understand)32
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan kami uraikan masing-masing kebutuhan:

a) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah merupakan jasmani manusia, misalnya akan makan, minum, tidur, istirahat dan sebagainya. Untuk belajar yang efektif dan efisien, siswa harus sehat. Jika siswa sakit hal itu dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi fisik, yang kemudian dapat mengganggu konsentrasi belajar.
b) Kebutuhan rasa aman
Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa. Perasaan takut akan kegagalan, kecemasan, kecewa, dendam, ketidakseimbangan mental dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat mengganggu kelancaran belajar siswa. Agar belajar siswa dapat meningkat kearah yang lebih efektif, maka siswa harus menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan menjadi aman dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada pelajaran.
c) Kebutuhan mendapatkan kasih-sayang dan memiliki.
Dengan mendapatkan kasih sayang, seseorang merasa bahwa ia diterima oleh kelompoknya, merasa bahwa ia merupakan salah seorang anggota keluarga yang cukup berharga. Agar setiap siswa merasa ia diterima dalam kelompoknya, maka dapat dilakukan dengan cara belajar bersama dengan teman yang lain. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berfikir siswa. Kebutuhan untuk diakui sama dengan orang lain sering mendapatkan kasih sayang dan memiliki merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi.

d) Kebutuhan memperoleh penghargaan orang lain
Harga diri seseorang timbul dalam hubungannya dengan orang lain seseorang akan merasa dirinya dihargai oleh orang lain apabila ia merasa bahwa dirinya dianggap penting dalam hal ini tugas guru adalah mencari dalam diri siswa, apa yang membuat siswa itu merasa dirinya dianggap penting.
e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Setiap individu memiliki potensi atau bakat masing-masing yang terkandung di dalam dirinya. Kebutuhan aktualisasi diri atau untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti adalah kebutuhan untuk mengetahui rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi dan untuk mengerti sesuatu. Untuk memenuhi kebtuhan ini dapat diupayakan melalui belajar.
Hirarki kebutuhan sebagaimana dikemukakan di atas menggambarkan bahwa setiap tingkat di atasnya hanya dapat dibangkitkan apabila telah dipenuhi tingkat motivasi yang dibawahnya. Bila guru mengingingkan siswanya belajar dengan baik maka harus dipenuhi tingkat yang terendah dan tingkat yang tertinggi. Guru dalam memberikan motivasi kepada siswa hendaklah menciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan bagi siswa dengan suasana yang menyenangkan itu siswa dapat belajar secara optimal.
Dalam memberi motivasi ada beberapa teori yang perlu diketahui antara lain:
1) Teori Fisiologi
Menurut teori ini bahwa semua tindakan manusia itu berakal pada usaha yang memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan fisik, seperti tentang makanan. Dari teori ini muncul tentang perjuangan hidup.
2) Teori Psikoanalitik
Teori ini mengatakan bahwa setiap tindakan manusia karena ada unsur pribadi yakni id dan ego.
3) Teori Kebutuhan
Toeri ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik fisik maupun psikis. Seorang pendidik dalam memberikan motivasi harus mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan siswanya.
4) Toeri Reaksi yang dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau prilaku manusia berdasarkan pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Apabila seorang guru ingin memotivasi siswanya, maka harus benar-benar mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan siswanya.
Selanjutnya untuk mengetahui dan melengkapi uraian tentang motivasi itu perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang tua memiliki ciri sebagai berikut:
(a) Tekun menghadapi tugas
(b) Ulet menghadapi kesulitan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa
(d) Lebih senang bekerja mandiri
(e) Cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
(f) Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu
(g) Tidak mudah melepaskan hal yang dia miliki
(h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.